BAB
I
PENDAHULUAN
Sistem saraf simpatis memegang
peranan penting dalam mengatur tekanan darah. Simpatolitik memegang peranan
penting dalam menurunkan tekanan darah melalui hambatan terhadap pusat
vasomotor di otak dengan mengurangi tonus simpatis secara sentral. Secara
perifer simpatolitik dapat bekerja terhadap neurotransmiter pada ganglion
presinaptik atau postsinaptik, atau pada reseptor epinefrin dan norepineprin.
Simpatolitik yang sering digunakan
dalam pengobatan hipertensi meliputi antagonis reseptor adregenil-β dan agonis
reseptor α2 yang bekerja di sentral. Antagonis reseptor adregenik yang
digunakan dalam pengobatan awal hipertensi adalah golongan antagonis reseptor
adregenik-β (β – blocker). α – blocker hanya digunakan pada pasien hipertensi disertai
dengan hyperplasia prostat benigna. Obat jenis simpatolitik ini bekerja dengan
cara blokade AV, menghambat nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraksi miokard,
menghambat pelepasan renin, menghambat produksi angiotensin II.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Simpatolitik atau adrenolitika
adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf
simpatis. Misalnya Simpatolitik meniadakan vasokonstriksi yang ditimbulkan oleh
aktivitas reseptor-alfa akibat adrenolitika. Berdasarkan mekanisme dan titik kerjanya, Simpatolitik dapat
dibagi menjadi 3 kelompok, yakni zat-zat penghambat reseptor Simpatolitik (
alfa-blockers dan beta-blockers ) dan zat-zat penghambat neuron adrenergis.
Simpatolitik yang bekerja di pusat
menurunkan respons simpatetik dari batang otak ke pembuluh darah perifer.
Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung dan alirab darah
ke ginjal. Obat-obat golongan ini meliputi metildopa, klinidin, guanabenz dan
guanfasin. Metildopa adalah satu dari obat yang pertama dipakai secara luas
untuk mengontrol hipertensi. Guanabenz dan guanafasin adalah simpatolitik
bekerja di pusat dan memiliki efek yang mirip dengan klonidin. Ia rebound
hipertensi seperti kegelisahan, takardia, tremor, sakit kepala, dan peningkatan
tekanan darah. Kemungkinan timbulnya hipertensi rebound pada pemberan guanabenz
dan guafasin lebih kecil. Golongan obat ini dapat menimbulkan retensi garam
natrium dan air, sehingga menimbulkan edema perifer. Bisa diberikan diuretik
dengan metildopa atau klonin untuk menurunkanretensi air dan natrium (edema).
Klien ynag hamil atau kemungkinan akan hamil harus menghindari klonidin. Metil
dopa sering dipakai untuk mengobati hipertensi kehamiln atau hipertensi kronik.
Berdasarkan tempat kerjanya,
obat-obatan ini dibagi atas tiga golongan, yaitu (1) Bloker adrenoreseptor, (2)
bloker saraf adrenergik, dan (3) bloker adrenergik sentral.
BLOKER ADRENORESEPTOR
Bloker adrenoreseptor adalah obat
yang bekerja menempati reseptor adrenergik sehingga menghambat interaksi obat
adrenergik dengan reseptornya dan mengakiatkan kerja adrenergik pada sel
efektoenya dihambat. Dengan demikian, obat-obat ini menghambat respons sel
efektor adrenergik terhadap perangsangan saraf simpatik dan terhadap obat
adrenergik terhadap obat adrenergik eksogen.
Sesuai dengan jenis reseptorna,
bloker adrenoreseptor dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. alfa-blockers
( α-simpatolitika)
Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang banyak
terdapat di jaringan otot polos dari kebanyakan pembuluh , khususnya dalam
pembuluh kulit dan mukosa.Efek utamanya digunakan pada hipertensi dan
hipertrofi prostate. Alfa bloker umumnya memiliki efek samping yaitu, hipotensi
postural. Prazosin yang digunakan pada gagal jantung (dekopensasi) dan
pada penyakit raynaud.
Ada 3 jenis alfa-blockers:
·
Zat- zat tak selektif : fentolamin
(regitine).khususnya digunakan untuk diagnosa dan terapi hipetensi
tertentu (feochromo), juga untuk gangguan ereksi sebagai injeksi
intracaverneus (bersama papaverin : Androskat)
·
α-blockers
selekif : derivate quinazolin (prazosin,terazosin,tamsulosin dan
lain-lain) serta urapidil.pengunaannya sebagai oat hipertensi dan pada
hiperplasia prostate.
·
α2-blockers selekif: yohimbin
,yang digunakan sebagai obat pengugah syahwat (aphrodisiacum). Obat yang
termasuk alfa-bloker
atau bloker reseptor alfa antara lain adalah derivat haloalkilamin, derivat
imidazolin, prazosin, derivat alkaloid ergot, dan yohimbin. Obat ini bekerja
dengan blokeran kompetitif NE pada alfa
reseptor. Pemakaian yang lama dapat mengenduksi desensitasi reseptor.
Derivat
Haloalkilamin
Obat yang termasuk golongan
ini adalah fenoksibenzamin dan dibenamin. Fenoksibenzamin mempunyai
potensi 6-10 kali dibenamin.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja. Dalam
darah, senyawa ini terurai menjadi etilenimonium yang mempunyai efek inhibisi
kompetitif yang reversible. Selanjutnya, etilenimonium akan terurai membentuk
ion karbonium yang sangan reaktif sehingga membentuk ikatan kovalen yang stabil
dengan alfa adrenoreseptor, yang mempunyai hambatan nonkompetitif dan
ireversible. Dengan mekanisme kerja ini, golongan obat ini memiliki efek kerja
yang lambat dan masa kerja lama. Oleh karena itu, golongan obat ini disebut
alfa bloker nonkompetitif dengan masa kerja lama. Fenoksibenzamin merupakan α1-bloker dengan selektivitas
sedang.
Efek pada Organ
1)
pada SSP,
menimbulkan efek sedativ atau stimulansi, mual dan muntah.
2)
Pada mata,
menimbulkan efek miosis
3)
Pada
kardiovaskuler, terjadi sedikit penurunan tekanan darah diastolik, tetapi pada
waktu bediri atau pada penderita hipovolemia penurunan tekanan darah sistolik
dan diastolik lebih hebat sebagai akibat blokade refleks vasokontriksi, blokade
pressor respons NE dan Epinefrin.
4)
Pada
saluran cerna, terjadi peningkatan motilitas dan sekresi kelenjar.
5)
Pada
saluran kemih-kelamin, terjadi gangguan ejakulasi, dan penurunan tonus
sfingter.
6)
Efek
metabolik, terjadi peningkatan pembebasan insulin.
Farmakokinetik
Derivat
haloalkalin diabsorpi dengan baik semua tempat, tetapi karena efek iritasi
lokalnya hanya diberikan secara oral atau IV. Fenoksibenzamin per oral
diabsorpsi dalam bentuk aktif sebanyak 20-30% saja.fenoksibenzamin mudah larut
dalam lemak dan pemberian dosis besar dapat terjadi penumpukan dalam lemak. Pada
pemberian IV mula kerjanya 1-2 jam. Waktu paruh hambatan sekitar 24 jam dan
masih terlihat efek hambatannya setelah 3-4 hari. Pemberian obat ini tiap
hari dapat menimbulkan efek kumulatif.
Indikasi
klinik
Fenoksibenzamin diindikasikan untuk
1)
Hipertensi sekunder akibat dosis berlebihan agonis
adrenergik atau inhibitor MAO.
2)
Freokromositoma, praoperatif diberikan per oral untuk
mengatasi hipertensi dan secara IV pada waktu operasi.
3)
Profilaksi padapenyakit Raynaud.
Efek samping dan Intoksifikasi
·
Efek samping alfa bloker berupa takikardi, hipotensi
ortostatik, miosis, hidung tersumbat, dan hambatan ejakulasi. Pada penderita
hipovolemia dapat terjadi penurunan tekanan darah yang hebat.
·
Efek samping bukan karena efek blokade reseptor alfa,
seperti iritasi lokal, sedativ, perasaan lemah, dan kelelahan.
Derivat Imidazolin
Derivat imidazolin yang digunakan
sebagai alfa bloker adalah fentolamin α1 dan α2- bloker non selektif dan tolazolin (alfa bloker selektif).
Farmakodinamik
Masa kerja blokeran kompetitifnya lebih pendek dari
fenoksibenzamin. Respons terhadap serotonin juga dihambat. Toksisitasnya lebih
besar dari fenoksibezamin. Dosis rendah menimbulkan vasodilatasi karena kerja
langsung pada oto polos pembuluh darah.
Indikasi
klinik
Fentolamin (IV atau IM) dan tolazolin (IV,IM, atau SK)
digunakan untuk krisis hipertensi yang disebabkan oleh feokromisitoma.
Tolazolin jarang digunakan lagi.
Efek Samping
Efek samping felotomin adalah tolazolin ialah (1)
gejala stimulansi pada jantung berupa takikardi, aritmia, angina; (2) gejala
stimulansi saluran cerna berupa nause, muntah, nyeri abdomen, diare, dan
kambuhnya ulkus peptikum.
Prazosin
Prazosin menghambat alfa1 reseptor yang memberikan
efek vasodilatasi. Pemberian prazosin menyebabkan efek reseptor epinefrin berubah
menjasi efek depresor dan menghambat efek presor NE. Prazosin merupakan alfa 1
bloker yang sangat selektif.
Prazosin mengurangi tonus pembuluh darah arteri vena
sehingga mengurangi alir dibalik vena dan curah jantung. Efek hemodinamiknya
adalah penurunan kadar arteri’ penurunan tonus arteri dan vena; serta curah
jantung dan tekanan atrium kanan yang hampir tidak beribah, misalnya
Na-nitroprusid.
Penggunaan utamanya ialah untuk pengbatan hipertensi.
Selain itu, prazosin juga digunakan untuk lemah jantung kongestif dan penyakit
Raynaud.
2. Beta-blockers
(β-simpatolitika)
Semula beta –blockers digunakan untuk gangguan jantung
(aritmia,anginapectoris) guna meringankan kepekaan organ ini bagi rangsangan,
seperti kerja berat, emosi ,strees,dan sebagainya.Sejak tahun1980-an obat ini
terutama digunakan sebagai obat hipertensi, anti hipertensiva.Obat ini dapat
dibagi pula dalam 2 kelompok, yakni :
·
zat-zat β1
selektif, yang melawan efek dari stimulasi jantung oleh adrenalindan NA (reseptor
-β1), misalnya atenolol dan metaprolol.
·
Zat – zat
tak selektif, yang juga menghambat efek bronchodilatasi (reseptor-
β2),misalnya propranolol ,alprenolol,dan sebagainya. Labetolol dan carvedilol
merupakan zat-zat yang menghambat kedua reseptor (alfa+beta).
3. Penghambat
neuron adrenergis
Derivate guanidine (guanetidin ). Zat-zat ini tidak
memblok reseptor , melainkan berkerja terhadap bagian postganglioner dari saraf
simpatis dengan jalan mencegah pelepasan katecholamin. Guanetidin khusus
digunakan pada jenis glaukom tertentu.
Tabel 1-1 penggolongan obat simpatolitik atau
antiadrenergik berdasarkan cara kerja dan selektivitasnya.
Bloker adrenergik
|
Cara kerja
|
subdivisi
|
Sediaan
|
α – Bloker
β- Bloker
Bloker saraf adrenergik
|
α1- bloker non-
selektif
α1- bloker selektif
α2- bloker selektif
kompetitif antagonis NE dan
Epinefrin endogen dan eksogen pada reseptor β.
Efek α- bloker >< agonis
adrenergik
Bekerja mengganggu sintesis,
simpanan, dan pelepasan neurotransmiter di terminal adrenergik
Menghambat perangsangan neuron
adrenergik di SSP
|
α1-bloker non- selektif
non kompetitif
α1-bloker non-selektif
kompetitif
derivat kuinazolin *
|
-
Fenoksibenzamin
-
Dibenzamin
-
Fentolamin
-
Tolazolin
-
Prazosin **
-
Terazosin
-
Doksazosin
-
Trimazosin
-
Bunazosin
-
Yohimbin
-
Propanolol **
-
Asebutolol
-
Anenolol
-
Guanetin dan guanedral
-
Reserpin
-
Metirosin
-
Klonidin
-
Metildopa
|
·
Antagonis kompetitif α1 sangat selektif,
dan sangat poten. Prazosin: afinitas α1= 300X α2 ; doksazosin:
afinitas α1=> 600X α2
** protopine
*** Protopin dan standar untuk
ukuran alfa bloker lain.
B.
Zat-zat
tersendiri
1. Yohimbin
Alkaloida ini diperoleh dari kulit pohin corynanathe yohimbe (afrika Barat) dan
pohon Aspidosperma quebracho-blanco (amerika selatan). Kulit pohon tersebut
juga mengandung alkoida lain yaitu ajmalin/corynanthein dan aspidospermin.
Efek adrenolitisnya agak lemah dan singkat berdasakan blockade selektif dari
adrenoreseptor alfa-2 presinaptis. Dalam dosis rendah dapat meningkatkan
tekanan darah, sedangakan pada dosis lebih tinggi justru menurunkannya. Oleh
karena itu ,terjadilah vasodilatasi perifer yang mengakibatkan penyaluran darah
diperkuat ke organ di bawah perut.
Pengunaannya, secara tradisional digunakan sebagai afrodiakum, untuk memperkuat
syahwat dan mengatasi impotensi (difungsi ereksi). Sering kali obat ini
dianggap obsolete,tetapi pada suatu meta-analisa daritujuh studi, yohimbin
ternyata efektif dalam 34-73% dari kasus untuk menimbulkan ereksi. Perbedaan
besar dalam persentase disebabkan oleh populasi penderita impotensi dari
etiologi berlainan. Vasodilatasi dibadan pengembangan penis mungkin dapat
menerangkan efeknya pada disfungsi erektil.
Efek sampingnya dapat berupa penurunan tensi, pusing, berkeringat kuat, debar
jantung, tremor, agitasi, gelisah dan sukar tidur, kejang bronchi , dan gejala
yang mirip lupus. Pada penderita gangguan jiwa, dosis rendah bisa mencetuskan
despresi fenotiazin memperkuat toksisitasnya.
2. Alkaloid
Ergot
Alkaloid
ergot secara klinik tidak dapat digunakan sebagai alfa bloker karena efek ini
baru timbul pada dosis besar yang tidak dapat ditolerir oleh manusia.
C.
Jenis Obat
Simpatolitik
1. Kolinergik
Kolinergik
berfungsi sebagai merangsang sistem parasimpatis. Ada dua macam reseptor
kolinergik yaitu:
·
Reseptor muskarinik, yaitu merangsang otot polos
dan memperlambat denyut jantung.
·
Reseptor nikotinik atau neuromuskular, yaitu
mempengaruhi kerja otot rangka.
Kolinergik dapat digolongkan menjadi
sebagai berikut:
·
Cholinester (asetil kolin, metakolin, karbakol,
betanekol)
·
Cholinesterase inhibitor (eserin, prostigmin,
dilsopropil fluorofosfat)
·
Alkaloid yang berkasiat seperti asetikolin
(muskarin, pilokarpin, arekolin)
·
Obat kolinergik lain ( metoklopramid, sisaprid)
Farmakodinamik Kolinergik
·
Meningkatkan TD
·
Meningkatkan denyut nadi
·
Meningkatkan kontraksi saluran kemih
·
Meningkatkan peristaltik
·
Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma
bronkiolus)
·
Konstriksi pupil mata (miosis)
·
Antikolinesterase: meningkatkan tonus otot
Efek Samping
·
Asma bronkial dan ulcus peptikum
(kontraindikasi)
·
Iskemia jantung, fibrilasi atrium
·
Toksin; antidotum → atropin dan epineprin
Indikasi
·
Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek
luas dan singkat), meteorismus, (kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic
ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma
·
Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca
bedah, toksik), miotika (setelah pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis
dan pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit
Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
Intoksikasi
·
Efek muskarinik: mata hiperemis, miosis kuat,
bronkostriksi, laringospasme, rinitis alergika, salivasi, muntah, diare,
keringat berlebih.
·
Efek nikotinik: otot rangka lumpuh.
·
Efek kelainan sentral: ataksia, hilangnya
refleks, bingung, sukar bicara, konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh
nafas
Alkaloid
Tumbuhan
Tumbuhannya:
·
Muskarin (jamur Amanita muscaria),
·
Pilokarpin (Pilocarpus jaborandi dan
P.microphyllus)
·
Arekolin (Areca catechu = pinang)
·
Efek umumnya muskarinik
·
Intoksikasi: bingung, koma, konvulsi
·
Indikasi: midriasis (pilokarpin)
Obat Kolinergik Lain
·
Metoklopramid: digunakan untuk memperlancar
jalanya kontras radiologik, mencegah dan mengurangi muntah
·
Kontraindikasi: obstruksi, perdarahan, perforasi
sal cerna, epilepsi, gangguan ektrapiramidal
·
Sisaprid: untuk refluk gastroesofagial, gangguan
mobilitas gaster, dispepsia
·
Efek samping: kolik, diare
Obat Anti Kolinergik
·
Obat parasimpatolitik adalah obat yang
menghambat efek kolinergik yang muscarik, tidak efek nikotinik → karena itu
juga disebut antimuskarinik/ antagonis kolinergik/ antispasmodik
·
Macam obat antimuskarinik:
·
Alkaloid beladona (atropin)
·
Obat sintetik mirip atropin: homatropin,
skopolamin, metantelin, oksifenonium, karamifen, triheksifenidil, ipratropium,
pirenzepin
Efek Anti Kolinergik
·
Meningkatkan denyut nadi
·
Mengurangi sekresi mukus
·
Menurunkan peristaltik
·
Meningkatkan retensi urine
·
Dilatasi pupil mata (midriasis)
Atropin
·
Atropin memblok asetilkolin endogen maupun
eksogen
·
SSP → merangsang n.vagus → frekuensi jantung
berkurang
·
Mata → midriasis
·
Saluran nafas → mengurangi sekret hidung, mulut,
farink dan bronkus
·
Kardiovaskuler → frekuensi berkurang
·
Saluran cerna → antispasmodik (menghambat
peristaltik lambung dan usus)
·
Otot polos → dilatasi saluran kemih
·
Eksokrin → saliva, bronkus, keringat → kering
·
Atropin mudah diserap, hati2 untuk tetes mata →
masuk hidung → absorbsi sistemik → keracunan
·
Efek samping: mulut kering, gangguan miksi,
meteorismus, dimensia, retensio urin, muka merah
·
Gejala keracunan: pusing, mulut kering, tidak
dapat menelan, sukar bicara, haus, kabur, midriasis, fotopobia, kulit kering
dan panas, demam, jantung tachicardi, TD naik, meteorismus, bising usus hilang,
oligouria/anuria, inkoordinasi, eksitasi, bingung, delirium, halusinasi
·
Diagnosis keracunan: gejala sentral, midriasis,
kulit merah kering, tachikardi
·
Antidotum keracunan: fisostigmin 2 – 4 mg sc →
dapat menghilangkan efek SSP dan anhidrosis
·
Dosis atropin: 0,25 – 1 mg
·
Indikasi: parkinsonisme, menimbulkan midriasis
(funduskopi), antispasmodik, mengurangi sekresi lendir sal nafas (rinitis),
medikasi preanestetik (mengurangi lendir sal nafas)
2. Adrenergik
·
Obat simpatomimetik disebut adrenergik/ agonis
adrenergik → memulai respon pada tempat reseptor adrenergik
·
Reseptor adrenergik: alfa, beta1 dan beta2
·
Norepineprin dilepaskan oleh ujung saraf
simpatis → merangsang reseptor untuk menimbulkan respon
Efek Adrenergik
Alfa1:
·
Meningkatkatkan kontraksi jantung
·
Vasokontriksi: meningkatkan tekanan darah
·
Midriasis: dilatasi pupil mata
·
Kelenjar saliva: pengurangan sekresi
Alfa2:
·
Menghambat pelepasan norepineprin
·
Dilatasi pembuluh darah (hipotensi)
Beta1:
·
Meningkatkan denyut jantung
·
Menguatkan kontraksi
Beta2:
·
Dilatasi bronkiolus
·
Relaksasi peristaltik GI dan uterus
Contoh Obat Adrenergik
·
Epineprin
·
Norepineprin
·
Isoproterenol
·
Dopamin
·
Dobutamin
·
Amfetamin
·
Metamfenamin
·
Efedrin
·
Metoksamin
·
Fenilefrin
·
Mefentermin
·
Metaraminol
·
Fenilpropanolamin
·
Hidroksiamfetamin
·
Etilnorepineprin
Efineprin
·
Absorpsi: peroral tidak efektif , dirusak oleh
enzim di usus dan hati, sub kutan lambat karena vasokonstriksi, im cepat
·
Intoksikasi: takut, kawatir, gelisah, tegang,
nyeri kepala berdenyut, tremor, lemah, pusing, pucat, sukar nafas, palpitasi
·
Efek samping: takut, kawatir, gelisah, tegang,
nyeri kepala berdenyut, tremor, rasa lemah, pusing, pucat, sukar nafas,
palpitasi, hipertensi, perdarahan otak, hemiplegia, aritmia dan fibrilasi
ventrikel
·
Kontraindikasi: penderita yang dapat alfa bloker
non selektif → kerjanya tidak terimbangi pada reseptor alfa pembuluh darah →
hipertensi hebat dan perdarahan otak .
·
Penggunaan klinis: asma, alergi
Sediaan:
·
Suntikan: lar 1:1000 epi HCl (untuk syok → sk
0,2 – 0,5 ml)
·
Inhalasi: epi 1%, 2% → asma
·
Tetes mata: epi 0,1 – 2%
Obat Simpatolitik
·
Obat simpatolitik adalah obat yang menghambat
efek obat simpatomimetik atau penghambat /antagonis adrenergik
Efek Simpatolitik
·
Menurunkan tekanan darah (vasodilatasi)
·
Menurunkan denyut nadi
·
Konstriksi bronkiolus
·
Kontraksi uterus
·
Reseptor adrenergik: alfa1, beta1 dan beta2
Penggolongan Simpatoplegik
Antagonis adrenoseptor alfa (alfa
bloker)
·
Alfa bloker non selektif
·
Alfa1 bloker selektif
·
Alfa2 bloker selektif
Antagonis adrenoseptor beta (beta
bloker)
Penghambat saraf adrenergik
·
Guanetidin dan guanedrel
·
Reserpin
·
Metirosin
Alfa Blocker
·
Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga
menghalangi untuk berinteraksi dengan obat adrenergik atau rangsangan
adrenergik
·
Efek vasodilatasi → TD turun, dan terjadi reflek
stimulasi jantung
·
Efek samping: hipotensi postural
·
Penggunaan klinis: feokromositoma (tumor anak
ginjal → sekresi NE dan epi ke sirkulasi), BPH → menghambat dihidrotestosteron
yang merangsang pertumbuhan prostat
Beta Blocker
·
Menghambat secara kompetitif obat adrenergik NE
dan Epi (eksogen dan endogen) pada adrenosptor beta
·
Asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol
→ beta bloker kardioselektif (afinitas lebih tinggi pada reseptor beta1
daripada beta2)
·
Efek: denjut dan kontraksi jantung ↓, TD ↓,
·
Sediaan: propanolol, alprenolol, oksprenolol,
metoprolol, bisoprolol, asebutolol, pindolol, nadolol, atenolol
·
Efek samping: gagal jantung, bradiaritmia,
bronkospasme, gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat (infark, aritmia),
hipoglikemia, gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia
·
Penggunaan klinis: angina pectoris, aritmia,
hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif hipertropik,
feokromositoma, tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas
Penghambat Saraf Adrenergik
·
Menghambat aktivitas saraf adrenergik berdasar
gangguan sintesis, atau penyimpanan dan pelepasan neurotransmiter di ujung
saraf adrenergik
·
Sediaan; guanetidin, guanadrel, reserpin,
metirosin
Obat Pelumpuh Otot
·
Obat ini digunakan untuk mengadakan relaksasi
otot bergaris (reposisi tulang), atau untuk menangkap binatang buas hidup2
·
Cara kerja: kompetitif antagonis dengan
asetilkolin pada reseptor nikotinik di motor end plate
·
Contoh: d-tubocurarine, gallamine, pancuronium,
succinilkolin, decametonium, metokurin, vekuronium, atrakurium, alkuronium,
heksafluorenium
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saraf simpatik terdiri atas 25 pasang simpul saraf. Simpul saraf ini
saling berhubungan membentuk dua deret, kanan dan kiri. Setiap simpul di
hubungkan dengan saraf sum-sum tulang belakang. dari simpul-simpul tersebut
keluar urat saraf, ke organ tubuh dan dikendalikan. fungsi saraf simpatik yaitu
:
a. memperlebar pupil mata
b. menghambat sekresi air ludah
c. memperbesar bronkus
d. mempercepat denyut jantung
e. menghambat kerja lambung
f. menghambat kerja pankreas
g. skresi adrenalin
h. kantong kemih relaksasi
i. merangsang ejakulasi laki-laki
KESIMPULAN
Simpatolitik memegang peranan
penting dalam menurunkan tekanan darah melalui hambatan terhadap pusat
vasomotor di otak dengan mengurangi tonus simpatis secara sentral. Secara perifer
simpatolitik dapat bekerja terhadap neurotransmiter pada ganglion presinaptik
atau postsinaptik, atau pada reseptor epinefrin dan norepineprin. Simpatolitik
atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas
susunan saraf simpatis. Misalnya Simpatolitik meniadakan vasokonstriksi yang
ditimbulkan oleh aktivitas reseptor-alfa akibat adrenolitika. Berdasarkan mekanisme dan titik kerjanya, Simpatolitik
dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yakni zat-zat penghambat reseptor Simpatolitik
( alfa-blockers dan beta-blockers ) dan zat-zat penghambat neuron adrenergis.
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2283368-klasifikasi-obat-anti-hipertensi/#ixzz1sJcGb7v5